SIKAP DAN
TINGKAH LAKU HETEROSEKSUAL
Peningkatan Tingkah Laku Seksual Remaja
Tingkah laku seksual remaja biasanya
bersifat meningkat atau progresif. Biasanya perilaku seksual diawali dengan necking (berciuman sampai ke daerah
dada), kemudian diikuti oleh petting (saling
menempelkan alat kelamin). Selanjutnya remaja akan melakukan hubungan intim
atau seks oral. Pada
sebuah penelitian yang dilakukan oleh Newcomer & Udry (1985) terhadap siswa
kelas 1 sampai 3 SMU, menunjukkan sebuah hasil bahwa 25% laki-laki dan 15%
perempuan yang pada awalnya tidak pernah melakukan hubungan intim mengaku telah
melakukan seks oral saat mereka SMU. Kemudian pada sebuah penelitian yang
dilakukan oleh Smith & Udry (1985) menunjukkan bahwa remaja Afrika Amerika
cenderung melakukan hubungan intim pada usia yang lebih muda dan tidak
menghabiskan banyak waktu untuk melakukan necking,
petting, dan kontak genital sebelum
melakukan hubungan seks.
Tingkah Laku Heteroseksual Remaja – Kecenderungan
dan Kemunculannya
Dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa sebagian
besar remaja Amerika aktif melakukan hubungan seksual dan aktivitas seksual yang
remaja lakukan meningkat selama tahun 1980-an. Pada tahun 1982 sampai tahun
1988, jumlah remaja perempuan usia 15 sampai 19 yang telah melakukan hubungan
seks mengalami peningkatan dari 47% menjadi 53% (Forrest & Singh, 1990).
Peningkatan perilaku seksual biasanya terjadi pada warga Amerika berkulit putih
dan remaja yang berasal dari keluarga berkecukupan. Pada sebuah survei yang
dilakukan oleh Sonenstein, Pleck, & Ku (1989) dibuat perbandingan antara
tahun 1979 dengan tahun 1988 mengenai aktivitas seksual yang dilakukan oleh
remaja laki-laki. Pada tahun 1979, dua pertiga remaja laki-laki berusia 17
sampai 19 tahun mengatakan bahwa mereka aktif melakukan hubungan seksual.
Jumlah ini meningkat menjadi tiga perempat pada tahun 1988.
Penelitian lain menunjukkan bahwa remaja laki-laki lebih cenderung telah melakukan
hubungan seksual dan secara aktif melakukan aktivitas seksual dibandingkan
remaja perempuan (Hayes, 1987). Hal ini dibuktikan melalui sebuah penelitian
yang dilakukan di Ohio State University (1983) yang menunjukkan bahwa 44%
perempuan yang berusia 18 tahun dan 64% laki-laki berusia 21 tahun secara aktif
pernah melakukan aktivitas seksual. Kemudian di sebuah wilayah dalam kota
Baltimore menemukan bahwa 81% laki-laki berusia 14 tahun telah melakukan
hubungan seks. Dari semua penelitian yang dilakuan menunjukkan bahwa kurang
lebih setengah dari jumlah remaja masa kini telah melakukan hubungan seks pada
usia 18 tahun, walaupun persentasenya bervariasi menurut jenis kelamin, etnis,
dan konteksnya. Hubungan seks dapat menjadi
pengalaman yang berarti bagi remaja yang lebih tua dan matang, namun
banyak remaja yang tidak siap menghadapi pengalaman seksual, terutama di masa
remaja awal. Remaja dapat mencoba melakukan
hubungan seksual tanpa mengetahui bagaimana cara membuat pasangannya merasa
puas. Hal inilah yang menyebabkan remaja akan
merasa frustasi dan tidak mampu secara seksual.
Aturan Seksual bagi Remaja Perempuan dan Laki-laki
Aturan seksual (sexual script) adalah pola yang khas berupa gambaran peran
seseorang mengenai bagaimana individu harus bertingkah laku secara seksual. Dalam hal ini, remaja perempuan belajar untuk
mengaitkan hubungan seks dengan cinta (Michael, dkk., 1994). Remaja perempuan sering merasionalisasikan tingkah
laku seksual mereka dengan mengatakan pada diri mereka sendiri bahwa mereka
terhanyut cinta. Hal ini membuat banyak remaja perempuan telah
melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang mereka cintai dan ingin mereka
nikahi. Alasan lain yang membuat remaja perempuan melakukan hubungan seksual,
yaitu karena mereka didorong oleh
kekasih, mencoba-coba siapa tahu dengan melakukan seks mereka bisa mendapatkan
seorang kekasih, keingintahuan, dan keinginan seksual yang tidak berhubungan
dengan mencintai dan menyayangi. Pada sebuah survey yang dilakukan
oleh Goodchilds & Zellman (1984) terhadap 432 subjek berusia 14 sampai 18
tahun menunjukkan bahwa remaja laki-laki dan remaja perempuan menerima adanya
hak remaja laki-laki untuk bersikap agresif secara seksual, namun tetap
membiarkan perempuan untuk membuat batasan terhadap usulan seksual yang
diajukan laki-laki.
Remaja yang Rawan dan Seksualitas
Menurut Gordon & Gilgun (1987), remaja yang rawan cenderung menunjukkan tingkah
laku seksual yang tidak bertanggung jawab. Selain itu, remaja yang berisiko melakukan tingkah laku seksual
yang tidak bertanggung jawab adalah remaja
yang tidak merasa berarti, tidak memiliki kesempatan yang memadai untuk belajar
dan bekerja, dan memiliki kebutuhan untuk membuktikan sesuatu pada dirinya
melalui seks. Akibat yang ditimbulkan dari tingkah laku remaja yang
tidak bertanggung jawab, yaitu menyebabkan
terjadinya kehamilan di luar nikah, munculnya penyakit menular seksual, dan
stress secara psikologis (Scott-Jones & Whtite, 1990). Kemudian
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli menunjukkan bahwa
tingkah laku remaja yang tidak bertanggung jawab terjadi karena :
- Remaja tidak berencana melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi (Miller & Simon, 1974).
- Minum-minum, penggunaan obat terlarang, dan tingkah laku membolos (Jessor & Jessor, 1975; Rosenbaum & Kandel, 1990).
- Remaja yang bergantung dengan teman-teman sebaya dan tidak banyak terlibat di dalam keluarga (Jessor, dkk., 1983).
- Hidup di dalam keluarga yang memiliki pendapatan rendah (Crockett & Bingham, 1994).
- Jarang melakukan komunikasi dan memiliki komunikasi yang tidak suportif dengan orang tua (Furman, Wehner, & Underwood, 1994).
- Memiliki gambaran diri yang negative dan kurang menghargai diri mereka sendiri.
SIKAP DAN
TINGKAH LAKU HOMOSEKSUAL
Alfred Kinsey dan rekan-rekannya (1948)
menggambarkan orientasi seksual ke dalam sebuah skala berkelanjutan dari 0
sampai 6, dimana 0 menunjukkan heteroseksualitas saja dan 6 menunjukkan
homoseksualitas saja. Dalam hal ini, beberapa individu menunjukkan perilaku
biseksual, dimana seseorang tertarik secara seksual kepada orang-orang dari
kedua jenis kelamin. Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Kinsey, sekitar
1% individu mengatakan bahwa mereka adalah biseksual (1,2% laki-laki dan 0,7%
perempuan) dan antara 2% sampai 5% individu mengatakan bahwa mereka adalah
homoseksual (4,7 laki-laki dan 1,8% perempuan).
Dengan ada tingkah laku homoseksual, ada beberapa
individu yang memiliki perasaan tidak rasional dan negatif. Hal ini disebut
dengan homophobia, dimana
individu akan cenderung menghindari seseorang yang mengalami homoseksual dan
mereka biasanya memiliki keyakinan yang salah tentang gaya hidup homoseksual
serta mereka akan cenderung melakukan diskrimasi dalam lingkungan rumah,
pekerjaan, dan berbagai aspek kehidupan. Individu yang mengalami homophobia akan
memunculkan tingkah laku mengolok-olok, memukul, atau bahkan membunuh.
Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Newman
& Muzzonigro (1993) terhadap remaja gay laki-laki, ditemukan bahwa
kemunculan perilaku homoseksual terbentuk dalam tiga tahap, yaitu sensitisasi ; kesadaran disertai dengan rasa
bingung, penyangkalan, perasaan bersalah, dan malu ; serta penerimaan.
Remaja gay laki-laki mengatakan bahwa mereka pertama kali menyukai anak
laki-laki lain ketika usia mereka 12,7 tahun dan mereka menyadari bahwa mereka
adalah gay ketika mereka berusia 12,5 tahun. Namun akhir-akhir ini, para
peneliti telah mencari tahu kemungkinan dasar homoseksualitas secara biologis. Simon
LeVay (1991) seorang ahli syaraf menemukan bahwa salah satu area di
hypothalamus yang mengatur tingkah laku seksual pada laki-laki heteroseksual
memiliki ukuran dua kali lebih besar dibandingkan dengan laki-laki homoseksual.
Sebuah penelitian dilakukan untuk mempelajari
orientasi homoseksual pada pasangan kembar (Whitman, Diamond, & Martin,
1993). Hampir dua pertiga kembar monozygotic
(yang berasal dari sel telur yang sama sehingga secara genetis serupa)
memiliki orientasi homoseksual, sedangkan kurang dari sepertiga kembar dizygotic (berasal dari sel terlur yang
berbeda sehingga secara genetis tidak serupa) memiliki orientasi homoseksual. Orientasi yang dialami seseorang dipengaruhi oleh
kombinasi dari faktor genetis, hormonal, kognitif, dan lingkungan.
STIMULASI DIRI
Menurut Bell, Weinberg, & Mammersmith (1981)
kebanyakan laki-laki pertama kali mengalami ejakulasi pada usia 12 sampai 13
tahun. Pada masa ejakulai seorang remaja akan mengalami masturbasi, kontak
genital dengan pasangan sejenis atau lawan jenis, atau mimpi basah. Pada sebuah
penelitian yang dilakukan oleh Haas (1979) menunjukkan bahwa lebih dari dua
pertiga remaja laki-laki dan setengah remaja perempuan melakukan masturbasi
satu kali dalam seminggu atau lebih. Namun dalam penelitian lain ditemukan
bahwa tidak ada hubungan antara melakukan masturbasi selama masa pra-remaja
dan/atau remaja awal dengan penyesuaian seksual di masa dewasa.
PENGGUNAAN ALAT
KONTRASEPSI
Menurut Forrest & Singh (1990), tingkat
penggunaan alat kontrasepsi pada hubungan seks pertama oleh remaja berusia 15
sampai 19 tahun meningkat antara tahun 1988 sampai 1988, dari 48% menjadi 65%.
Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa 70% remaja perempuan di bawah usia 15
tahun tidak menggunakan alat kontrasepsi saat melakukan hubungan seks pertama
kali, sementara 53% remaja perempuan berusia 18 sampai 19 tahun tidak
menggunakan alat kontrasepsi. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan remaja
tidak menggunakan alat kontrasepsi, antara lain :
- Remaja dengan keluarga yang memiliki pendapatan rendah.
- Remaja yang lebih muda.
- Remaja dengan kemampuan yang tidak baik dalam menghadapi tekanan, tidak memiliki orientasi akan masa depan, penyesuaian sosial yang buruk, dan memiliki sikap yang negatif terhadap kontrasepsi.
KEHAMILAN PADA
REMAJA
Teradinya dan Sifat Dasar Kehamilan pada Remaja
Menurut Sullivan (1992) pada tahun 1989, 36 dari
1.000 renaja perempuan berusia 15 sampai 17 tahun di Amerika Serikat memiliki
seorang bayi. Masalah kehanilan yang dihadapi remaja menimbulkan berbagai isu
sosial, seperti pertentangan mengenai hak aborsi, penggunaan alat kontrasepsi,
dan pertanyaan yang sulit mengenai apakah seharusnya remaja memiliki akses yang
mudah untuk mendapatkan pendidikan seksual.
Konsekuensi Kehamilan pada Remaja
Kehamilan pada remaja meningkatkan risiko kesehatan
bagi ibu dan anaknya. Bayi yang
dilahirkan oleh ibu remaja cenderung memiliki berat badan yang lebih rendah. Hal
tersebut bahkan menyebabkan risiko kematian pada
bayi. Selain itu, anak akan
mengalami masalah neurologis dan penyakit anak-anak. Masalah lain
yang muncul adalah ibu remaja
seringkali berhenti dan keluar dari sekolah, tidak dapat memperoleh pekerjaan,
dan menjadi tergantung dengan dinas kesejahteraan sosial. Bahkan orang tua remaja akan memperoleh gaji yang rendah
karena mereka memiliki pekerjaan dengan status yang rendah.
Faktor Kognitif dalam Kehamilan Remaja
Masa remaja akhir (18 sampai 19
tahun) sampai tingkat tertentu memiliki sikap yang relistis dan berorientasi
pada masa depan sehubungan
dengan pengalaman seksual mereka, seperti halnya karir dan pernikahan. Mereka
yang berada pada masa remaja pertengahan (15
sampai 17 tahun), seringkali meromantiskan masalah seksualitas.
Namun remaja muda (10 sampai 15 tahun) tampaknya
mengalami seks dengan cara yang tidak sesuai dengan keinginannya sehingga penuh
dengan kecemasan dan penyangkalan.
Remaja sebagai Orang Tua
Remaja yang hamil biasanya akan menderita anemia dan
komplikasi yang berhubungan dengan ketidakmatangan. Remaja yang hamil juga
memiliki risiko dua kali lebih besar untuk melahirkan bayi dengan berat badan
yang rendah (kurang dari 5,5 pon). Hal ini membuat bayi berisiko mengalami
kekurangan fisik dan mental (Dryfoos, 1990 ; McAnarney, 1988). Menurut Broman
(1981) dan Silver (1988) anak yang dilahirkan dari ibu yang masih remaja tidak
mampu mengerjakan tes inteligensi sebaik anak yang dilahirkan dari ibu yang
berusia 20-an tahun. Selain itu, ibu remaja seringkali menerapkan pola asuh
yang kurang realistis bagi perkembangan anak-amak mereka. Ayah remaja juga
seringkali menghadapi berbagai masalah, seperti ayah remaja akan dikeluarkan
dari sekolah ketika mereka menghamili kekasihnya. Hal ini menyebabkan ayah
remaja akan memiliki pendapatan dan latar belakang pendidikan yang rendah.
Menurunkan Tingkat Kehamilan pada Remaja
Seorang ahli remaja, John Conger (1988) menawarkan
empat cara untuk memerangi tingginya tingkat kehamilan pada remaja : (1) pendidikan seks dan perencanaan keluarga, (2)
akses untuk memperoleh alat kontrasepsi, (3) pendekatan pilihan hidup, dan (4)
keterlibatan dan dukungan masyarakat luas.
PENYAKIT MENULAR
SEKSUAL
Penyakit Menular Seksual (PMS) (Sexually
Transmitted Diseases – STDs) merupakan penyakit yang ditularkan melalui
kontak seksual. Kontak ini tidak
terbatas pada hubungan vaginal tetapi juga termasuk di dalamnya kontak
oral-genital dan anal-genital. Ada beberapa jenis penyakit yang disebabkan oleh
kontak seksual yang dilakukan oleh seorang remaja, antara lain :
1.
Gonnorhea
Gonnorhea adalah penyakit menular
seksual yang sering disebut dengan kencing nanah atau GO. Penyakit ini
disebabkan oleh bakteri gonococcus yang berkembang di mulut selaput lender
tenggorokan, vagina, leher rahim, saluran kencing, dan sistem anal. Pada penyakit ini,
laki-laki memiliki kemungkinan sebesar 10% untuk terinfeksi, sedangkan
perempuan memiliki kemunkinan lebih dari 40% untuk terinfeksi bakteri
gonococcus. Gejala yang muncul pada penyakit ini, antara lain keluarnya nanah dari penis, rasa terbakar ketika
buang air kecil, darah di air seni, rasa sakit atau menekan di alat genital,
dan membengkaknya kelenjar getah bening di pangkal paha. Namun, 80%
perempuan yang terinfeksi penyakit ini tidak menunjukkan gejala apapun pada
tahap awal perkembangan, walaupun pada tahap awal sering ditemukan radang di
bagian pinggul.
2.
Sifilis
Sifilis adalah penyakit menular
seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema
pallidum, anggota family spirochete. Spirochete dapat berkembang pada lingkungan yang hangat dan lembab,
bakteri ini dapat ditularkan melalui kontak
penis-vagina, oral-genital, atau anal. Penyakit ini juga dapat
ditularkan oleh ibu hamil kepada janin yang dikandungnya setelah usia kandungan
mencapai empat bulan.
Sifilis terjadi dalam empat tahap :
primer, sekunder, laten, dan tersier. Pada tahap primer, rasa sakit dapat
muncul pada tempat terjadinya infeksi.
Selain itu, gejala yang seringkali muncul dalam penyakit ini adalah ruam, demam, radang tenggorokan, sakit kepala,
membengkaknya kelenjar, sendi yang sakit, hilangnya selera makan, dan rambut
rontok.
3.
Chlamydia
Chlamydia adalah penyakit menular seksual yang
disebut dengan Chlamydia trachmitis. Penyakit ini menyebar melalui kontak seksual dan
menyerang organ genital laki-laki dan perempuan. Laki-laki yang
mengidap chlamydia biasanya memperoleh pengobatan karena gejalanya terlihat di
daerah genital, sedangkan gejala pada penyakit ini tidak muncul pada perempuan.
Oleh sebab itu, banyak perempuan yang tidak memperoleh penanganan dan chlamydia terus menyebar sampai ke
sistem reproduksi bagian atas yang dapat menyebabkan penyakit peradangan tulang
panggul.
4.
Herpes Genitalis
Herpes genitalis adalah penyakit
menular seksual yang disebabkan oleh sejumlah virus yang dapat menyebabkan
berbagai akibat, termasuk penyakit menular nonseksual, seperti cacar air dan mononucleosis. Herpes simplex adalah PMS, yang terdiri dari dua
macam. Tipe I ditandai dengan luka dingin
dan lepuh yang panas sekali. Tipe II ditandai dengan luka yang sangat sakit di
bawah badan – alat genital, paha, dan bokong. Infeksi tipe I dapat
ditularkan ke bagian bawah badan, sedangkan infeksi tipe II dapat ditularkan ke
mulut melalui kontak oral-genital. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Harvard Medical School Newsletter (1981),
perempuan yang mengidap herpes memiliki kemungkinan delapan kali lebih banyak
menderita kanker leher rahim daripada perempuan yang tidak terinfeksi.
5.
AIDS
AIDS adalah penyakit menular seksual
yang disebabkan oleh suatu virus yang bernama human immunodeficiency virus (HIV). Virus ini akan menyerang dan
menghancurkan sistem kekebalan tubuh.
Pada tahap awal penyakit ini, yaitu ketika terinfeksi HIV pada masa asymptomatic, individu yang terinfeksi
tidak menunjukkan adanya gejala AIDS, namun penderita tetap dapat menularkan
penyakit ini kepada orang lain. Pada tahap 2, individu mulai mengalami berbagai
gejala, seperti membengkaknya kelenjar getah bening, rasa lelah, kehilangan
berat badan, diare, demam, dan berkeringat. Kemudian pada tahap terakhir,
seorang yang menderita AIDS akan mengalami gejala yang disebutkan pada tahap
kedua ditambah dengan menderita paling tidak satu penyakit, seperti radang
paru-paru.
Penyakit
|
Penyebab
|
Simptom : Pria
|
Simptom : Wanita
|
Penanganan
|
Konsekuensi Jika Dibiarkan
|
Chlamydia
|
Infeksi
bacterial
|
Rasa sakit
ketika kencing dan keluar nanah dari penis.
|
Keputihan dan
ke- tidaknyamanan ab- dominal
|
Tetracycline atau erythrimy- cin
|
Dapat menye-
babkan penyakit radang panggul atau sterilitas.
|
Trichomoniasis
|
Infeksi
parasit, terkadang terlepas di objek yang berbulu seperti handuk dan baju
mandi
|
Seringkali
tidak ada
|
Sering kali
tidak ada, atau termasuk ke- putihan, ke- tidaknyamanan ketika berhubungan
badan, bau, dan rasa sakit ketika kencing.
|
Antibiotik
oral
|
Dapat meng-
arah kepada pertumbuhan abnormal atau cwervical
cell.
|
Gonorrhea
|
Infeksi
bacterial
|
Keluar nanah
dari penis dan rasa sakit ketika kencing.
|
Ketidaknyamanan
ketika kencing, ke- putihan, dan menstruasi abnormal.
|
Penicillin
atau antibiotik lainnya
|
Menyebabkan
penyakit radang pelvic, arthritis, dermatitis, dan meningitis
|
HPV (Kutil
Genital)
|
Human papilloma virus
|
Pertumbuh- an
tanpa rasa sakit yang biasanya tampak di penis, tetapi juga bisa tampak di urethra atau daerah rectal (dubur).
|
Pertumbuhan
berukuran kecil dan tidak sakit di genital serta anus ; dapt pula terjadi di
dalam vagina tanpa simptom eksternal.
|
Pencabutan
kutil ; akan tetapi infeksi tersebut seringkali terjadi kembali
|
Dapat diaso-
siasikan dengan kanker cervical. Pada waktu hamil, kutil membengkak dan meng-
halangi saluran rahim
|
Herpes
|
Herpes simplex virus
|
Pelepuhan me-
nyakitkan yang terjadi dimana saja di genetalia, biasanya di penis.
|
Pelepuhan me-
nyakitkan di genitalia, terkadang di- sertai dengan demam dan pegal ; wanita
dengan rasa sakit di mulut rahim mungkin tidak me- nyadari pe- nyebarannya.
|
Belum ada
obatnya, te- tapi dapat dikontrol dengan obat antrival acyclovir
|
Dapat meningkatkan
risiko terkena kanker rahim
|
Hepatitis B
|
Virus
Hepatitis B
|
Kulit dan mata
menjadi kuning.
|
Sama dengan
pria
|
Tidak ada
penangan spesifik; tidak meng- onsumsi alkohol
|
Menyebabkan
kerusakan liver dan hepatitis kronis.
|
Syphilis
|
Infeksi
bacterial
|
Pada tahap pertama,
rasa sakit dan warna cokelat ke- merah-merahan pada mulut atau keduanya, yang
mungkin menghilang ; walaupun de-mikian bakteri tersebut masih ada ; dalam
beberapa saat kemudian ter- jadi tahap infeksi yang lebih berupa penyebaran
di kulit
|
Sama dengan
pria
|
Penicillin
atau antibiotik lain
|
Lumpuh,
gerakan tidak terkontrol, kerusakan otak, dan terkadang kematian
|
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
|
Human immuno- deficiency virus (HIV)
|
Keletihan yang
amat sangat, demam, getah bening mem- bengkak, ke- hilangan berat badan,
diare, berkeringat di malam hari, dan rentan terhadap penyakit lain.
|
Sama seperti
pria
|
Belum ada
obatnya ; pe- nghambat protease dan obat-obatan lain dapat memper- panjang
usia
|
Kematian,
biasanya karena penyakit lain, seperti kanker.
|
Sumber Bacaan :
Papalia, Diane E.,
Sally W. O. & Ruth D. F. (2008). Human
Development (Psikologi Perkembangan), Bagian
V s/d IX, Edisi Kesembilan. Terj : A. K. Anwar. Jakarta : Kencana
Santrock, John W.
(2003). Adolescence (Perkembangan Remaja).
Terj : Shinto B. A. & Sherly S. Jakarta : Erlangga
No comments:
Post a Comment