SPONSOR

Monday 29 August 2016

SEKSUALITAS PADA REMAJA



SIKAP DAN TINGKAH LAKU HETEROSEKSUAL
Peningkatan Tingkah Laku Seksual Remaja
Tingkah laku seksual remaja biasanya bersifat meningkat atau progresif. Biasanya perilaku seksual diawali dengan necking (berciuman sampai ke daerah dada), kemudian diikuti oleh petting (saling menempelkan alat kelamin). Selanjutnya remaja akan melakukan hubungan intim atau seks oral. Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Newcomer & Udry (1985) terhadap siswa kelas 1 sampai 3 SMU, menunjukkan sebuah hasil bahwa 25% laki-laki dan 15% perempuan yang pada awalnya tidak pernah melakukan hubungan intim mengaku telah melakukan seks oral saat mereka SMU. Kemudian pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Smith & Udry (1985) menunjukkan bahwa remaja Afrika Amerika cenderung melakukan hubungan intim pada usia yang lebih muda dan tidak menghabiskan banyak waktu untuk melakukan necking, petting, dan kontak genital sebelum melakukan hubungan seks.

Tingkah Laku Heteroseksual Remaja – Kecenderungan dan Kemunculannya
Dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar remaja Amerika aktif melakukan hubungan seksual dan aktivitas seksual yang remaja lakukan meningkat selama tahun 1980-an. Pada tahun 1982 sampai tahun 1988, jumlah remaja perempuan usia 15 sampai 19 yang telah melakukan hubungan seks mengalami peningkatan dari 47% menjadi 53% (Forrest & Singh, 1990). Peningkatan perilaku seksual biasanya terjadi pada warga Amerika berkulit putih dan remaja yang berasal dari keluarga berkecukupan. Pada sebuah survei yang dilakukan oleh Sonenstein, Pleck, & Ku (1989) dibuat perbandingan antara tahun 1979 dengan tahun 1988 mengenai aktivitas seksual yang dilakukan oleh remaja laki-laki. Pada tahun 1979, dua pertiga remaja laki-laki berusia 17 sampai 19 tahun mengatakan bahwa mereka aktif melakukan hubungan seksual. Jumlah ini meningkat menjadi tiga perempat pada tahun 1988.
Penelitian lain menunjukkan bahwa remaja laki-laki lebih cenderung telah melakukan hubungan seksual dan secara aktif melakukan aktivitas seksual dibandingkan remaja perempuan (Hayes, 1987). Hal ini dibuktikan melalui sebuah penelitian yang dilakukan di Ohio State University (1983) yang menunjukkan bahwa 44% perempuan yang berusia 18 tahun dan 64% laki-laki berusia 21 tahun secara aktif pernah melakukan aktivitas seksual. Kemudian di sebuah wilayah dalam kota Baltimore menemukan bahwa 81% laki-laki berusia 14 tahun telah melakukan hubungan seks. Dari semua penelitian yang dilakuan menunjukkan bahwa kurang lebih setengah dari jumlah remaja masa kini telah melakukan hubungan seks pada usia 18 tahun, walaupun persentasenya bervariasi menurut jenis kelamin, etnis, dan konteksnya. Hubungan seks dapat menjadi pengalaman yang berarti bagi remaja yang lebih tua dan matang, namun banyak remaja yang tidak siap menghadapi pengalaman seksual, terutama di masa remaja awal. Remaja dapat mencoba melakukan hubungan seksual tanpa mengetahui bagaimana cara membuat pasangannya merasa puas. Hal inilah yang menyebabkan remaja akan merasa frustasi dan tidak mampu secara seksual.

Aturan Seksual bagi Remaja Perempuan dan Laki-laki
Aturan seksual (sexual script) adalah pola yang khas berupa gambaran peran seseorang mengenai bagaimana individu harus bertingkah laku secara seksual. Dalam hal ini, remaja perempuan belajar untuk mengaitkan hubungan seks dengan cinta (Michael, dkk., 1994). Remaja perempuan sering merasionalisasikan tingkah laku seksual mereka dengan mengatakan pada diri mereka sendiri bahwa mereka terhanyut cinta. Hal ini membuat banyak remaja perempuan telah melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang mereka cintai dan ingin mereka nikahi. Alasan lain yang membuat remaja perempuan melakukan hubungan seksual, yaitu karena mereka didorong oleh kekasih, mencoba-coba siapa tahu dengan melakukan seks mereka bisa mendapatkan seorang kekasih, keingintahuan, dan keinginan seksual yang tidak berhubungan dengan mencintai dan menyayangi. Pada sebuah survey yang dilakukan oleh Goodchilds & Zellman (1984) terhadap 432 subjek berusia 14 sampai 18 tahun menunjukkan bahwa remaja laki-laki dan remaja perempuan menerima adanya hak remaja laki-laki untuk bersikap agresif secara seksual, namun tetap membiarkan perempuan untuk membuat batasan terhadap usulan seksual yang diajukan laki-laki.

Remaja yang Rawan dan Seksualitas
Menurut Gordon & Gilgun (1987), remaja yang rawan cenderung menunjukkan tingkah laku seksual yang tidak bertanggung jawab. Selain itu, remaja yang berisiko melakukan tingkah laku seksual yang tidak bertanggung jawab adalah remaja yang tidak merasa berarti, tidak memiliki kesempatan yang memadai untuk belajar dan bekerja, dan memiliki kebutuhan untuk membuktikan sesuatu pada dirinya melalui seks. Akibat yang ditimbulkan dari tingkah laku remaja yang tidak bertanggung jawab, yaitu menyebabkan terjadinya kehamilan di luar nikah, munculnya penyakit menular seksual, dan stress secara psikologis (Scott-Jones & Whtite, 1990). Kemudian berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli menunjukkan bahwa tingkah laku remaja yang tidak bertanggung jawab terjadi karena :
  • Remaja tidak berencana melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi (Miller & Simon, 1974).
  • Minum-minum, penggunaan obat terlarang, dan tingkah laku membolos (Jessor & Jessor, 1975; Rosenbaum & Kandel, 1990).
  • Remaja yang bergantung dengan teman-teman sebaya dan tidak banyak terlibat di dalam keluarga (Jessor, dkk., 1983).
  • Hidup di dalam keluarga yang memiliki pendapatan rendah (Crockett & Bingham, 1994).
  • Jarang melakukan komunikasi dan memiliki komunikasi yang tidak suportif dengan orang tua (Furman, Wehner, & Underwood, 1994).
  • Memiliki gambaran diri yang negative dan kurang menghargai diri mereka sendiri.

SIKAP DAN TINGKAH LAKU HOMOSEKSUAL
Alfred Kinsey dan rekan-rekannya (1948) menggambarkan orientasi seksual ke dalam sebuah skala berkelanjutan dari 0 sampai 6, dimana 0 menunjukkan heteroseksualitas saja dan 6 menunjukkan homoseksualitas saja. Dalam hal ini, beberapa individu menunjukkan perilaku biseksual, dimana seseorang tertarik secara seksual kepada orang-orang dari kedua jenis kelamin. Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Kinsey, sekitar 1% individu mengatakan bahwa mereka adalah biseksual (1,2% laki-laki dan 0,7% perempuan) dan antara 2% sampai 5% individu mengatakan bahwa mereka adalah homoseksual (4,7 laki-laki dan 1,8% perempuan).
Dengan ada tingkah laku homoseksual, ada beberapa individu yang memiliki perasaan tidak rasional dan negatif. Hal ini disebut dengan homophobia, dimana individu akan cenderung menghindari seseorang yang mengalami homoseksual dan mereka biasanya memiliki keyakinan yang salah tentang gaya hidup homoseksual serta mereka akan cenderung melakukan diskrimasi dalam lingkungan rumah, pekerjaan, dan berbagai aspek kehidupan. Individu yang mengalami homophobia akan memunculkan tingkah laku mengolok-olok, memukul, atau bahkan membunuh.
Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Newman & Muzzonigro (1993) terhadap remaja gay laki-laki, ditemukan bahwa kemunculan perilaku homoseksual terbentuk dalam tiga tahap, yaitu sensitisasi ; kesadaran disertai dengan rasa bingung, penyangkalan, perasaan bersalah, dan malu ; serta penerimaan. Remaja gay laki-laki mengatakan bahwa mereka pertama kali menyukai anak laki-laki lain ketika usia mereka 12,7 tahun dan mereka menyadari bahwa mereka adalah gay ketika mereka berusia 12,5 tahun. Namun akhir-akhir ini, para peneliti telah mencari tahu kemungkinan dasar homoseksualitas secara biologis. Simon LeVay (1991) seorang ahli syaraf menemukan bahwa salah satu area di hypothalamus yang mengatur tingkah laku seksual pada laki-laki heteroseksual memiliki ukuran dua kali lebih besar dibandingkan dengan laki-laki homoseksual.
Sebuah penelitian dilakukan untuk mempelajari orientasi homoseksual pada pasangan kembar (Whitman, Diamond, & Martin, 1993). Hampir dua pertiga kembar monozygotic (yang berasal dari sel telur yang sama sehingga secara genetis serupa) memiliki orientasi homoseksual, sedangkan kurang dari sepertiga kembar dizygotic (berasal dari sel terlur yang berbeda sehingga secara genetis tidak serupa) memiliki orientasi homoseksual. Orientasi yang dialami seseorang dipengaruhi oleh kombinasi dari faktor genetis, hormonal, kognitif, dan lingkungan.

STIMULASI DIRI
Menurut Bell, Weinberg, & Mammersmith (1981) kebanyakan laki-laki pertama kali mengalami ejakulasi pada usia 12 sampai 13 tahun. Pada masa ejakulai seorang remaja akan mengalami masturbasi, kontak genital dengan pasangan sejenis atau lawan jenis, atau mimpi basah. Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Haas (1979) menunjukkan bahwa lebih dari dua pertiga remaja laki-laki dan setengah remaja perempuan melakukan masturbasi satu kali dalam seminggu atau lebih. Namun dalam penelitian lain ditemukan bahwa tidak ada hubungan antara melakukan masturbasi selama masa pra-remaja dan/atau remaja awal dengan penyesuaian seksual di masa dewasa.

PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI
Menurut Forrest & Singh (1990), tingkat penggunaan alat kontrasepsi pada hubungan seks pertama oleh remaja berusia 15 sampai 19 tahun meningkat antara tahun 1988 sampai 1988, dari 48% menjadi 65%. Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa 70% remaja perempuan di bawah usia 15 tahun tidak menggunakan alat kontrasepsi saat melakukan hubungan seks pertama kali, sementara 53% remaja perempuan berusia 18 sampai 19 tahun tidak menggunakan alat kontrasepsi. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan remaja tidak menggunakan alat kontrasepsi, antara lain :
  • Remaja dengan keluarga yang memiliki pendapatan rendah.    
  • Remaja yang lebih muda.
  • Remaja dengan kemampuan yang tidak baik dalam menghadapi tekanan, tidak memiliki orientasi akan masa depan, penyesuaian sosial yang buruk, dan memiliki sikap yang negatif terhadap kontrasepsi.

KEHAMILAN PADA REMAJA
Teradinya dan Sifat Dasar Kehamilan pada Remaja
Menurut Sullivan (1992) pada tahun 1989, 36 dari 1.000 renaja perempuan berusia 15 sampai 17 tahun di Amerika Serikat memiliki seorang bayi. Masalah kehanilan yang dihadapi remaja menimbulkan berbagai isu sosial, seperti pertentangan mengenai hak aborsi, penggunaan alat kontrasepsi, dan pertanyaan yang sulit mengenai apakah seharusnya remaja memiliki akses yang mudah untuk mendapatkan pendidikan seksual.

Konsekuensi Kehamilan pada Remaja
Kehamilan pada remaja meningkatkan risiko kesehatan bagi ibu dan anaknya. Bayi yang dilahirkan oleh ibu remaja cenderung memiliki berat badan yang lebih rendah. Hal tersebut bahkan menyebabkan risiko kematian pada bayi. Selain itu, anak akan mengalami masalah neurologis dan penyakit anak-anak. Masalah lain yang muncul adalah ibu remaja seringkali berhenti dan keluar dari sekolah, tidak dapat memperoleh pekerjaan, dan menjadi tergantung dengan dinas kesejahteraan sosial. Bahkan orang tua remaja akan memperoleh gaji yang rendah karena mereka memiliki pekerjaan dengan status yang rendah.

Faktor Kognitif dalam Kehamilan Remaja
Masa remaja akhir (18 sampai 19 tahun) sampai tingkat tertentu memiliki sikap yang relistis dan berorientasi pada masa depan sehubungan dengan pengalaman seksual mereka, seperti halnya karir dan pernikahan. Mereka yang berada pada masa remaja pertengahan (15 sampai 17 tahun), seringkali meromantiskan masalah seksualitas. Namun remaja muda (10 sampai 15 tahun) tampaknya mengalami seks dengan cara yang tidak sesuai dengan keinginannya sehingga penuh dengan kecemasan dan penyangkalan.

Remaja sebagai Orang Tua
Remaja yang hamil biasanya akan menderita anemia dan komplikasi yang berhubungan dengan ketidakmatangan. Remaja yang hamil juga memiliki risiko dua kali lebih besar untuk melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah (kurang dari 5,5 pon). Hal ini membuat bayi berisiko mengalami kekurangan fisik dan mental (Dryfoos, 1990 ; McAnarney, 1988). Menurut Broman (1981) dan Silver (1988) anak yang dilahirkan dari ibu yang masih remaja tidak mampu mengerjakan tes inteligensi sebaik anak yang dilahirkan dari ibu yang berusia 20-an tahun. Selain itu, ibu remaja seringkali menerapkan pola asuh yang kurang realistis bagi perkembangan anak-amak mereka. Ayah remaja juga seringkali menghadapi berbagai masalah, seperti ayah remaja akan dikeluarkan dari sekolah ketika mereka menghamili kekasihnya. Hal ini menyebabkan ayah remaja akan memiliki pendapatan dan latar belakang pendidikan yang rendah.

Menurunkan Tingkat Kehamilan pada Remaja
Seorang ahli remaja, John Conger (1988) menawarkan empat cara untuk memerangi tingginya tingkat kehamilan pada remaja : (1) pendidikan seks dan perencanaan keluarga, (2) akses untuk memperoleh alat kontrasepsi, (3) pendekatan pilihan hidup, dan (4) keterlibatan dan dukungan masyarakat luas. 

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
Penyakit Menular Seksual (PMS) (Sexually Transmitted Diseases – STDs) merupakan penyakit yang ditularkan melalui kontak seksual. Kontak ini tidak terbatas pada hubungan vaginal tetapi juga termasuk di dalamnya kontak oral-genital dan anal-genital. Ada beberapa jenis penyakit yang disebabkan oleh kontak seksual yang dilakukan oleh seorang remaja, antara lain :
1.      Gonnorhea
Gonnorhea adalah penyakit menular seksual yang sering disebut dengan kencing nanah atau GO. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri gonococcus yang berkembang di mulut selaput lender tenggorokan, vagina, leher rahim, saluran kencing, dan sistem anal. Pada penyakit ini, laki-laki memiliki kemungkinan sebesar 10% untuk terinfeksi, sedangkan perempuan memiliki kemunkinan lebih dari 40% untuk terinfeksi bakteri gonococcus. Gejala yang muncul pada penyakit ini, antara lain keluarnya nanah dari penis, rasa terbakar ketika buang air kecil, darah di air seni, rasa sakit atau menekan di alat genital, dan membengkaknya kelenjar getah bening di pangkal paha. Namun, 80% perempuan yang terinfeksi penyakit ini tidak menunjukkan gejala apapun pada tahap awal perkembangan, walaupun pada tahap awal sering ditemukan radang di bagian pinggul.
2.      Sifilis
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum, anggota family spirochete. Spirochete dapat berkembang pada lingkungan yang hangat dan lembab, bakteri ini dapat ditularkan melalui kontak penis-vagina, oral-genital, atau anal. Penyakit ini juga dapat ditularkan oleh ibu hamil kepada janin yang dikandungnya setelah usia kandungan mencapai empat bulan.
Sifilis terjadi dalam empat tahap : primer, sekunder, laten, dan tersier. Pada tahap primer, rasa sakit dapat muncul pada tempat terjadinya infeksi. Selain itu, gejala yang seringkali muncul dalam penyakit ini adalah ruam, demam, radang tenggorokan, sakit kepala, membengkaknya kelenjar, sendi yang sakit, hilangnya selera makan, dan rambut rontok.
3.      Chlamydia
Chlamydia adalah penyakit menular seksual yang disebut dengan Chlamydia trachmitis. Penyakit ini menyebar melalui kontak seksual dan menyerang organ genital laki-laki dan perempuan. Laki-laki yang mengidap chlamydia biasanya memperoleh pengobatan karena gejalanya terlihat di daerah genital, sedangkan gejala pada penyakit ini tidak muncul pada perempuan. Oleh sebab itu, banyak perempuan yang tidak memperoleh penanganan dan chlamydia terus menyebar sampai ke sistem reproduksi bagian atas yang dapat menyebabkan penyakit peradangan tulang panggul.
4.      Herpes Genitalis
Herpes genitalis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh sejumlah virus yang dapat menyebabkan berbagai akibat, termasuk penyakit menular nonseksual, seperti cacar air dan mononucleosis. Herpes simplex adalah PMS, yang terdiri dari dua macam. Tipe I ditandai dengan luka dingin dan lepuh yang panas sekali. Tipe II ditandai dengan luka yang sangat sakit di bawah badan – alat genital, paha, dan bokong. Infeksi tipe I dapat ditularkan ke bagian bawah badan, sedangkan infeksi tipe II dapat ditularkan ke mulut melalui kontak oral-genital. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Harvard Medical School Newsletter (1981), perempuan yang mengidap herpes memiliki kemungkinan delapan kali lebih banyak menderita kanker leher rahim daripada perempuan yang tidak terinfeksi.
5.      AIDS
AIDS adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh suatu virus yang bernama human immunodeficiency virus (HIV). Virus ini akan menyerang dan menghancurkan sistem kekebalan tubuh. Pada tahap awal penyakit ini, yaitu ketika terinfeksi HIV pada masa asymptomatic, individu yang terinfeksi tidak menunjukkan adanya gejala AIDS, namun penderita tetap dapat menularkan penyakit ini kepada orang lain. Pada tahap 2, individu mulai mengalami berbagai gejala, seperti membengkaknya kelenjar getah bening, rasa lelah, kehilangan berat badan, diare, demam, dan berkeringat. Kemudian pada tahap terakhir, seorang yang menderita AIDS akan mengalami gejala yang disebutkan pada tahap kedua ditambah dengan menderita paling tidak satu penyakit, seperti radang paru-paru.

Penyakit
Penyebab
Simptom : Pria
Simptom : Wanita
Penanganan
Konsekuensi Jika Dibiarkan
Chlamydia
Infeksi bacterial
Rasa sakit ketika kencing dan keluar nanah dari penis.
Keputihan dan ke- tidaknyamanan ab- dominal
Tetracycline atau erythrimy- cin
Dapat menye- babkan penyakit radang panggul atau sterilitas.
Trichomoniasis
Infeksi parasit, terkadang terlepas di objek yang berbulu seperti handuk dan baju mandi
Seringkali tidak ada
Sering kali tidak ada, atau termasuk ke- putihan, ke- tidaknyamanan ketika berhubungan badan, bau, dan rasa sakit ketika kencing.
Antibiotik oral
Dapat meng- arah kepada pertumbuhan abnormal atau cwervical cell.
Gonorrhea
Infeksi bacterial
Keluar nanah dari penis dan rasa sakit ketika kencing.
Ketidaknyamanan ketika kencing, ke- putihan, dan menstruasi abnormal.
Penicillin atau antibiotik lainnya
Menyebabkan penyakit radang pelvic, arthritis, dermatitis, dan meningitis
HPV (Kutil Genital)
Human papilloma virus
Pertumbuh- an tanpa rasa sakit yang biasanya tampak di penis, tetapi juga bisa tampak di urethra atau daerah rectal (dubur).
Pertumbuhan berukuran kecil dan tidak sakit di genital serta anus ; dapt pula terjadi di dalam vagina tanpa simptom eksternal.
Pencabutan kutil ; akan tetapi infeksi tersebut seringkali terjadi kembali
Dapat diaso- siasikan dengan kanker cervical. Pada waktu hamil, kutil membengkak dan meng- halangi saluran rahim
Herpes
Herpes simplex virus
Pelepuhan me- nyakitkan yang terjadi dimana saja di genetalia, biasanya di penis.
Pelepuhan me- nyakitkan di genitalia, terkadang di- sertai dengan demam dan pegal ; wanita dengan rasa sakit di mulut rahim mungkin tidak me- nyadari pe- nyebarannya.
Belum ada obatnya, te- tapi dapat dikontrol dengan obat antrival acyclovir
Dapat meningkatkan risiko terkena kanker rahim
Hepatitis B
Virus Hepatitis B
Kulit dan mata menjadi kuning.
Sama dengan pria
Tidak ada penangan spesifik; tidak meng- onsumsi alkohol
Menyebabkan kerusakan liver dan hepatitis kronis.
Syphilis
Infeksi bacterial
Pada tahap pertama, rasa sakit dan warna cokelat ke- merah-merahan pada mulut atau keduanya, yang mungkin menghilang ; walaupun de-mikian bakteri tersebut masih ada ; dalam beberapa saat kemudian ter- jadi tahap infeksi yang lebih berupa penyebaran di kulit
Sama dengan pria
Penicillin atau antibiotik lain
Lumpuh, gerakan tidak terkontrol, kerusakan otak, dan terkadang kematian
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
Human immuno- deficiency virus (HIV)
Keletihan yang amat sangat, demam, getah bening mem- bengkak, ke- hilangan berat badan, diare, berkeringat di malam hari, dan rentan terhadap penyakit lain.
Sama seperti pria
Belum ada obatnya ; pe- nghambat protease dan obat-obatan lain dapat memper- panjang usia
Kematian, biasanya karena penyakit lain, seperti kanker.




Sumber Bacaan :

Papalia, Diane E., Sally W. O. & Ruth D. F. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan), Bagian V s/d IX, Edisi Kesembilan. Terj : A. K. Anwar. Jakarta : Kencana

Santrock, John W. (2003). Adolescence (Perkembangan Remaja). Terj : Shinto B. A. & Sherly S. Jakarta : Erlangga

No comments:

Post a Comment