Terry (1972), mengemukakan bahwa terdapat beberapa
teori kepemimpinan, antara lain sebagai berikut :
1.
Teori Otokratis
Teori otokratis
didasarkan pada perintah-perintah pemaksaan dan tindakan yang arbiter dalam
hubungan antara pemimpin dengan bawahannya. Pemimpin yang otokratis cenderung
mencurahkan perhatian mereka terhadap pekerjaan dan melaksanakan pengawasan
seketat mungkin supaya pekerjaan yang mereka lakukan sesuai dengan apa yang
telah direncanakan. Selain itu, pemimpin otokratis akan menggunakan
perintah-perintah yang diperkuat dengan
adanya sanksi atau hukuman. Bahkan pemimpin yang otokratis akan lebih
mementingkan kedisiplinan kepada bawahannya (Uha, 2014).
2.
Teori Psikologis
Dalam teori ini
menyatakan bahwa fungsi seorang pemimpin adalah mengembangkan sistem motivasi
yang baik. Pada teori kepemimpinan ini, seorang pemimpin akan berusaha
merangsang bawahannya supaya mereka dapat bekerja untuk mencapai sasaran
organisasi maupun untuk memenuhi tujuan pribadi mereka masing-masing. Kemudian
pemimpin ini lebih memerhatikan hal-hal yang berkaitan dengan pengakuan,
kepastian emosional, dan kesempatan untuk memerhatikan keinginan serta
kebutuhannya (Uha, 2014)..
3.
Teori Sosiologis
Pada teori sosiologis,
pemimpin akan berusaha menetapkan tujuan dengan mengikutsertakan para
pengikutnya dalam menentukan keputusan akhir. Hal ini membuat para pengikutnya
mengetahui mengenai hasil yang akan mereka peroleh, membangun kepercayaan, dan
mengetahui perilaku yang diharapkan oleh seorang pemimpin terhadap para
pengikutnya (Uha, 2014).
4.
Teori Suportif
Pemimpin beranggapan
bahwa mereka harus membantu usaha-usaha yang dilakukan oleh para pengikutnya,
sehingga para pengikutnya dapat memberikan hasil yang baik. Oleh karena itu,
pemimpin yang suportif harus mampu menciptakan iklim kerja dan lingkungan kerja
yang baik bagi para pengikutnya (Uha, 2014).
5.
Teori Laisser Faire
Berdasarkan teori Laisser Faire, seorang pemimpin
memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada para pengikutnya untuk menentukan
aktivitas yang akan mereka lakukan. Namun pemimpin ini tidak ikut
berpartisipasi dalam aktivitas yang dilakukan oleh para pengikutnya. Oleh
karena itu, pemimpin Laisser Faire sering
disebut sebagai pemimpin yang informal (Uha, 2014).
6.
Teori Sifat
Berikut ini adalah
beberapa sifat yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu :
a.
Inteligensi.
Tingkat inteligensi yang dimiliki oleh seseorang dapat memberikan petunjuk
mengenai keberhasilan seseorang menjadi pemimpin.
b.
Inisiatif.
Insiatif terdiri dari dua bagian (1) kemampuan untuk bertindak seorang diri dan
mengatur tindakan yang akan mereka lakukan, dan (2) kemampuan untuk “melihat”
ke arah tindakan yang tidak “terlihat” oleh orang lain.
c.
Energy dan rangsangan. Seorang pemimpin sebaiknya memiliki energi secara
mental maupun fisik dalam mencapai tujuan organisasi.
d.
Kedewasaan emosional. Seorang pemimpin harus dapat diandalkan untuk
menepati janji-janji yang akan dilaksanakan dengan cara bersedia bekerja dalam
waktu yang lama dan mampu menyebarluaskan sikap enthusiasme diantara pengikutnya.
e.
Persuasif.
Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan persuasi untuk membuat persetujuan
kepada pihak yang akan mereka pimpin.
f.
Skill komunikatif.
Pemimpin memiliki kemampuan dalam mengemukakan pendapat secara singkat kepada
orang lain. Kemudian mereka akan mengambil kesimpulan dari hasil diskusi yang
mereka lakukan. Selain itu, seorang pemimpin harus memiliki kemampuan dalam
berbicara dan membuat sebuah tulisan secara tegas serta jelas.
g.
Kepercayaan kepada diri sendiri. Seorang pemimpin adalah orang yang cukup matang
dan tidak memiliki sifat-sifat antisosial dalam mengerjakan tugas mereka.
Bahkan mereka menyakini bahwa seoranng pemimpin mampu menghadapi segala situasi
yang akan mereka alami.
h.
Perseptif.
Sifat ini berhubungan dengan kemampuan dalam memahami ciri-ciri dan perilaku
orang lain, terutama bawahannya. Selain itu, perseptif yang dimiliki oleh
seorang pemimpin mencakup kemampuan untuk memproyeksikan diri sendiri secara
mental dan emosioanl ke dalam posisi orang lain.
i.
Kreativitas.
Sifat ini menuntut seorang pemimpin untuk memiliki orisinalitas dalam mencari
cara-cara baru guna menyelesaikan suatu masalah yang sedang mereka hadapi.
j.
Partisipasi sosial.
Seorang pemimpin seharusnya mampu menyesuaikan diri dengan berbagai kelompok
dan memiliki kemampuan untuk berhadapan dengan orang lain. Di sisi lain,
seorang pemimpin harus mampu memahami orang lain serta mengerti kelemahan dan
kelebihan mereka (Uha, 2014).
7.
Teori Situasi
Pada teori ini
menjelaskan bahwa kepemimpinan terdiri dari tiga elemen, yakni : pemimpin,
pengikut, dan situasi. Bahkan situasi dianggap sebagai elemen terpenting bagi
seorang pemimpin. Menurut Fielder (1975), kita dapat menggunakan tiga dimensi
untuk mengukur efektivitas seorang pemimpin, yang meliputi : (1) tingkat
kepercayaan seorang bawahan terhadap pemimpin; (2) kemampuan seorang pemimpin
dalam melakukan pekerjaan yang bersifat rutin; (3) tingkat kekuasaan yang
bersifat inheren dengan posisi kepemimpinan (Uha, 2014).
Sumber Bacaan :
Uha, Ismail N. (2014). Manajemen Perubahan (Teori dan Aplikasi pada
Organisasi Publik dan Bisnis). Bogor : Ghalia Indonesia
No comments:
Post a Comment