Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan oleh individu
atau kelompok yang kuat terhadap individu atau kelompok yang lebih lemah. Selain itu, bullying merupakan perilaku yang menggunakan kekuasaan atau
kekuatan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang, suatu perilaku
mengancam, menindas, dan membuat perasaan orang lain tidak nyaman. Bullying dapat berupa kontak fisik,
verbal, dan membuat perasaan orang lain tidak nyaman. Menurut Dake, Price,
& Telljohann (2003) bullying di
tingkat sekolah dasar lebih tinggi daripada di tingkat sekolah menengah
(Pratama, Krisnatuti, & Hastuti, 2014).
Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI) menunjukkan bahwa pada tahun 2007 jumlah pelanggaran hak anak yang
terpantau sebanyak 40.398.625 kasus. Jumlah ini melonjak drastis jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 13.447.921 kasus.
Berdasarkan data seluruh perilaku bullying
terhadap anak, persentase terbesar yaitu 18,0 persen terjadi di rumah dan 11,3
persen terjadi di sekolah. Sementara itu, data dari forum Penanganan Korban Bullying Perempuan dan Anak (FPK2PA)
Provinsi DIY di tahun 2011 menunjukkan bahwa dari total kasus 367 kasus, 140
kasus merupakan perilaku bullying terhadap
anak (Pratama, Krisnatuti, & Hastuti, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian Nansel dan kawan-kawan menemukan bahwa 29,9% dari
15.686 siswa kelas 6 – 10 di Amerika terlibat perilaku bullying, yaitu 13% sebagai pelaku, 10.6% sebagai korban, dan 6.3%
menjadi pelaku sekaligus korban. Siswa laki-laki maupun perempuan memiliki
risiko terlibat dalam perilaku bullying,
baik sebagai pelaku, korban atau keduanya. Selanjutnya Kowalski dan Limber
(2013) melakukan penelitian pada 903 siswa kelas 6-12 pada dua sekolah di
Pennsylvania juga menemukan bahwa sebanyak 132 siswa (14,6%) pernah setidaknya
mengalami satu kali menjadi korban, 156 (17,3%) menjadi pelaku, dan 173 (19,2%)
menjadi pelaku sekaligus korban bullying
dalam dua bulan terakhir. Kemudian, penelitian tersebut menemukan bahwa 76
(8,4%) menjadi korban, 74 (8,2%) menjadi pelaku, dan 33 (3,7%) menjadi pelaku
sekaligus korban dengan frekuensi dua sampai tiga kali atau lebih dalam dua
bulan terakhir (Wahyuni & Asra, 2014).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Malti, Perren,
& Buchmann (2010) mereka menemukan bahwa perilaku bullying memiliki dampak terhadap korban, antara lain meningkatkan
gejala-gejala emosional misalnya merasa tidak bahagia, tertekan, dan sangat
sedih. Selain itu menurut Uba, Yaacob, & Juhari (2009) seseorang yang
menjadi korban bullying akan
mengalami depresi yang mana semakin sering terkena bullying makan semakin tinggi tingkat depresi. Kemudian korban bullying juga akan memiliki tingkat
harga diri yang rendah dan meningkatkan stress. Selanjutnya Glew (2005)
menemukan bahwa siswa yang menjadi korban bullying
cenderung memiliki prestasi akademik yang rendah, merasa tidak aman di
sekolah dan merasa sedih dibandingkan dengan siswa yang tidak menjadi korban bullying. Sedangkan siswa yang menjadi
pelaku bullying akan merasa tidak
aman dan sedih, kemudian , mengganggu temannya sehingga terjadi pertengkaran.
Selanjutnya siswa tersebut akan menjadi pelaku sekaligus korban bullying (Wahyuni & Asra, 2014).
Penelitian sebelumnya menemukan bahwa ada dua faktor
yang mempengaruhi anak dalam berperilaku bullying,
yaitu faktor internal dan respon eksternal. Faktor internal antara lain
kemampuan berempati, kemampuan mengendalikan diri, sikap terhadap perilaku
kekerasan, dan sikap terhadap permusuhan. Sedangkan respon eksternal meliputi
pola asuh orangtua, kelekatan antara anak dan orangtua, iklim sekolah, dan
lingkungan (Wahyuni & Asra, 2014).
Sumber :
Wahyuni, Sri &
Yulita Kurniawaty Asra. (2014). ‘Kecenderungan Anak Menjadi Pelaku dan Korban Bulyying Ditunjau dari Kualitas
Kelekatan dengan Ibu yang Bekerja”. [Online]. Dalam Jurnal Marwah, Vol. 13, No. 1, Hlm. 1-20. Diunduh dari http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/marwah/article/view/879/835 (Diakses Pada Senin, 28 Desember 2015 Pukul 09.16
WIB)
Pratama, Andriansyah
Adha., Diah Krisnatuti, & Dwi Hastuti. (2014). “Gaya Pengasuhan Otoriter
dan Perilaku Bullying di Sekolah
Menuruhnkan Self Esteem Anak Usia
Sekolah”. Dalam Jurnal Ilm. Kel, &
Kons, Vol. 7, No. 2, Hlm. 75-82. Diunduh dari www.jesl.journal.ipb.ac.id (Diakses Pada Senin, 28 Desember 2015 Pukul 08.49
WIB)
No comments:
Post a Comment